BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belakangan ini, ilmu matematika telah berkembang pesat. Bukan hanya
sebatas hitung menghitung menggunakan skala statistik, nilai, angka-angka real,
kalkulus dan peluang. Akan tetapi, perkembangan ilmu matematika juga terjadi
didasarkan pada penalaran – penalaran yang logis atas sistem matematis.
Penalaran yang dilakukan oleh para ahli matematik
diperoleh atas realita kehidupan yang nyata yang dirasakan oleh manusia.
Perkembangan dan aplikasi dan bagian matematik ini sangat dirasakan oleh
manusia di berbagai kehidupan. Penalaran inilah dalam bahasa matematika sering
disebut logika.
Logika merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan
dengan penggunaan akal dan pikiran sehingga menghasilkan suatu penalaran dengan
kebenaran – kebenaran yang dapat dibuktikan secara matematis. Meskipun tanpa
perhitungan melalui angka-angka atau dengan statistik, tetapi dapat diuji dan
masuk akal akan kebenarannya.
Berbagai macam peralatan elektronik yang ada di sekitar
kita, merupakan contoh nyata dari kemampuan manusia dalam menerapkan disiplin
ilmu logika matematika di berbagai bidang kehidupan. Diantaranya seperti
listrik, komputer, televisi dan radio dikembangkan atas dasar dan aturan logika
matematika sederhana yang dibentuk dalam sebuah rangkaian elektronik yaitu
menggunakan rangkaian benar yang biasanya dinyatakan dengan on dan off.
Berikut ini akan penulis uraiakan salah satu sub pokok kajian logika
matematika tentang konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Kajian
lokasi ini semua terlepas dari pernyataan – pernyataan yang konkret. Biasanya
pernyataan – pernyataan tersebut ditulis dengan huruf p dan q dengan suatu
ketentuan umum mengenai tabel kebenaran yang biasa ditulis dengan huruf B dan
pernyataan yang salah dengan huruf S
1.2 TUJUAN
Makalah ini disusun
dengan maksud untuk memberikan tambahan pengetahuan sekaligus sebagai tugas
matakuliah itu sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN LOGIKA
Berasal dari bahasa yunani “LOGOS” yang berarti kata, ucapan, atau alasan. Logika adalah
metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Logika mengkaji
prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penalaran kesimpulan yang absah. Ilmu
ini pertama kali dikembangkan sekitar 300 SM oleh ARISTOTELES dan dikenal
sebagai logika tradisioanal atau logika klasik. Dua ribu tahun kemudian
dikembangkan logika modern oleh GEORGE BOOLE dan DE MORGAN yang disebut dengan
Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol logika secara intensif.
Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar
dengan benar. Logika Matematika atau Logika Simbol
ialah logika yang menggunakan
bahasa Matematika, yaitu dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol-
simbol.
Keuntungan atau kekuatan bahasa simbol adalah: ringkas,
univalent/bermakna tunggal, dan universal/dapat dipakai dimana-mana.
I.
PENGHUBUNG
KALIMAT
Satu atau lebih proposisi dapat
dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru lewat penggunaan operator
logika. Proposisi baru yang dihasilkan dari kombinasi tersebut disebut dengan
proposisi majemuk (compound composition), sedangkan proposisi yang bukan
merupakan hasil dari kombinasi proposisi lain
disebut proposisi atomik. Proposisi majemuk tersusun dari sejumlah
proposisi atomik.
Dalam logika dikenal 5 buah penghubung,antara lain:
Simbol
|
Arti
|
Bentuk
|
¬
|
Tidak/Not/Negasi
|
Tidak………….
|
Ù
|
Dan/And/Konjungsi
|
……..dan……..
|
Ú
|
Atau/Or/Disjungsi
|
………atau…….
|
Þ
|
Implikasi
|
Jika…….maka…….
|
Û
|
Bi-Implikasi
|
……..bila
dan hanya bila……..
|
II. HUKUM-HUKUM
LOGIKA
·
Disebut juga hukum-hukum aljabar proposisi.
1. Hukum
identitas:
p Ú F Û p
p Ù T Û p
|
2. Hukum null/dominasi:
p Ù F Û F
p Ú T Û T
|
3. Hukum negasi:
p Ú ~p Û T
p Ù ~p Û F
|
4. Hukum idempoten:
p Ú p Û p
p Ù p Û p
|
5. Hukum involusi (negasi ganda):
~(~p) Û p
|
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
p Ú (p Ù q) Û p
p Ù (p Ú q) Û p
|
7. Hukum komutatif:
p Ú q Û q Ú p
p Ù q Û q Ù p
|
8. Hukum asosiatif:
p Ú (q Ú r) Û (p Ú q) Ú r
p Ù (q Ù r) Û (p Ù q) Ù r
|
9. Hukum
distributif:
p Ú (q Ù r) Û (p Ú q) Ù (p Ú r)
p Ù (q Ú r) Û (p Ù q) Ú (p Ù r)
|
10. Hukum De Morgan:
~(p Ù q) Û ~p Ú ~q
~(p Ú q) Û ~p Ù ~q
|
2.2 KALIMAT
PERNYATAAN
Kalimat Pernyataan
Pengertian Kalimat Pernyataan adalah suatu
kalimat deklaratif yang bernilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak
sekaligus benar dan salah.
Contoh
1 (Pernyataan yang benar) :
a. Al-Quran adalah sumber hukum pertama umat
Islam
b. Jika x = 2, maka 2x = 4
c. 2 adalah bilangan asli
Contoh
2 (Pernyataan yang salah) :
a. Batu adalah benda cair
b. Setiap
bilangan prima adalah ganjil
Contoh 3 (Bukan pernyataan) :
a.
x + 3 = 0
b. Rapikan
tempat tidurmu!
Istilah-istilah lain untuk pernyataan
adalah kalimat matematika tertutup, kalimat tertutup, kalimat deklaratif,
statement, atau
proposisi. Sedangkan istilah lain
untuk kalimat yang bukan pernyataan
adalah kalimat matematika terbuka atau kalimat terbuka. Namun ada beberapa ahli
logika dalam bukunya yang membedakan istilah pernyataan dan
istilah proposisi. Hal ini berhubungan dengan pemakaiannya. Istilah pernyataan
(statement) digunakan untuk menyatakan,
sedangkan istilah proposisi (proposition) digunakan untuk kalimat tertutup. Akan tetapi pada
umumnya para ahli
logika tidak membedakan pengertian pernyataan dan pengertian proposisi. Dalam makalah ini istilah proposisi
tetap diartikan sebagai kalimat tertutup, sedangkan kalimat pernyataan akan dipakai untuk keperluan
tertentu umumnya sama seperti buku-buku lainnya, bahwa istilah kalimat
pernyataan tidak
dibedakan dengan pengertian proposisi.
Latihan
1. Tulislah
masing-masing tiga buah contoh
a. Penyataan yang benar
b. Pernyataan yang salah
c. Bukan pernyataan
2. Tentukan
kalimat Pernyataan yang bernilai Benar (b) dan Salah (s)!
a. Surabaya mendapat julukan kota pahlawan
b. Ada
dua belas bulan dalam setahun
c. 75
habis dibagi 4
d. Bunga
Mawar berwarna merah
e. Tokyo
adalah ibu kota negara Jepang
3. Tentukan Kalimat Bukan
Pernyataan, Pernyataan Benar, Pernyataan Salah
a. Bunga
Melati berwarna putih
b. 3x
+ 4 = 8
c. Pagi
ini hujan turun
d. Kemarin
saya pergi kerumah nenek
e. Mobil
itu beroda satu
2.3 KALIMAT TERBUKA
Pengertian Kalimat Terbuka adalah kalimat yang
mengandung variabel. Dalam matematika yang dimaksud
dengan kalimat terbuka adalah kalimat yang belum mempunyai nilai kebenaran. Dalam
kehidupan sehari-hari kalimat terbuka biasanya berbentuk kalimat tanya atau
kalimat perintah. Sedangkan dalam matematika kalimat terbuka berbentuk
persamaan atau pertidaksamaan.
Contoh Kalimat Terbuka :
a. Manusia makan nasi
b. 7x – 1 = 12
c. x2 – 16 > 0
a. Manusia makan nasi
b. 7x – 1 = 12
c. x2 – 16 > 0
Perhatikan
kalimat terbuka ” x2– 5x + 4 = 0 ”
Perhatikan kalimat berikut ini :
a. Manusia
makan nasi.
b. . . . memakai
sepatu.
c. 4 + x = 7
d. 4 + . . .
= 7
e. p < 5
Kalimat-kalimat seperti a
sampai dengan e di atas disebut kalimat terbuka. Jika variabel dalam kalimat
terbuka sudah diganti dengan konstanta yang sesuai, maka kalimat yang terjadi
dapat disebut kalimat tertutup.
Definisi : Kalimat terbuka adalah kalimat yang
mengandung variabel, dan jika variabel tersebut diganti konstanta dari semesta
yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau
bernilai salah saja (pernyataan).
Kalimat terbuka seperti c,
d, dan e, disebut kalimat matematika (ada yang menyebut kalimat bilangan). Kalimat
matematika yang masih mengandung variabel dan menggunakan tanda “=” seperti
kalimat c dan d disebut persamaan. Kalimat e yang menggunakan tanda “<”
disebut pertidaksamaan (sebutan ini juga berlaku untuk kalimat matematika yang
masih mengandung variabel dan menggunakan tanda ”>” atau “≠”
Jika variabel pada kalimat
matematika itu sudah diganti dengan konstanta dan kalimat matematika itu
menggunakan tanda “=” maka kalimat yang terjadi disebut kesamaan. Sedang
kalimat matematika yang tidak mengandung variabel dan menggunakan tanda “<”,
“>” atau “≠” disebut ketidaksamaan.
Di atas telah diberikan
definisi-definisi dari pernyataan, variabel, konstanta, dan kalimat terbuka.
Pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah di atas disebut kalimat definisi.
Pada kalimat definisi tidak boleh terdapat kata-kata yang belum jelas artinya,
apalagi kata yang sedang didefinisikan.
Beberapa
istilah yang perlu diketahui.
1. Variabel
·
Huruf x disebut
variable. Sebuah variable mewakili sembarang anggota dalam semesta pembicaraan
( himpunan pengganti ).
Misalkan himpunan pengganti adalah :
{ 1
, 2 , 3 , 4 } maka :
x =
1 => 12 – 5.1 + 4 = 0 (
benar )
x =
2 => 22 – 5.2 + 4 = 0 (
salah )
x =
3 => 32 – 5.3 + 4 = 0 (
salah )
x =
4 => 42 – 5.4 + 4 = 0 (
benar )
·
Pengganti variable yang
menyebabkan kalimat terbuka bernilai benar disebut penyelesaian, dan himpunan
semua penyelesaian itu disebut himpunan penyelesaian.
Pada
contoh diatas HP = { 1 , 4 }
2.
Konstanta
Pada
kalimat ”x2 – 5x + 4 = 0 ”,
bilangan-bilangan 1 , – 5 , 4 dan 0 disebut konstanta. Suatu konstanta hanya mewakili anggota tertentu dalam semesta
pembicaraan.
2.4 INGKARAN
A. Pengertian
Negasi atau ingkaran adalah pernyataan yang bernilai benar jika pernyataan
semula salah, dan sebaliknya.
B. Cara Menentukan Negasi
Untuk menentukan negasi dari kalimat, ada 2
hal yang harus dipenuhi.
Pertama struktur kalimat. Antara kalimat semula dengan negasinya harus menunjukkan perlawanan. Kedua benar salahnya juga harus berlawanan. Jika kalimat semula bernilai benar, maka negasinya harus bernilai salah demikian sebaliknya. Atas dasar itu, maka dalam menentukan negasi, kita tidak bias hanya mengandalkan lawan kata. Kalau dalam bahasa Indonesia, naik lawannya turun. Dalam matematika, itu salah. Naik lawannya tidak naik. Sepintas tampaknya sama, tapi itu sangat beda.
Pertama struktur kalimat. Antara kalimat semula dengan negasinya harus menunjukkan perlawanan. Kedua benar salahnya juga harus berlawanan. Jika kalimat semula bernilai benar, maka negasinya harus bernilai salah demikian sebaliknya. Atas dasar itu, maka dalam menentukan negasi, kita tidak bias hanya mengandalkan lawan kata. Kalau dalam bahasa Indonesia, naik lawannya turun. Dalam matematika, itu salah. Naik lawannya tidak naik. Sepintas tampaknya sama, tapi itu sangat beda.
Contoh:
·
Ada orang berkacamata >< Tidak ada orang
berkacamata
Bagaimana jika di jawab “Ada
orang tidak berkacamata”
Penjelasan :
Sepintas tampak betul, tapi itu salah
Kenapa salah?
Secara bahasa memang sudah menunjukkan perlawanan, tapi dari sisi kebenaran belum menunjukkan perlawanan. Ada orang
berkacamata, kalimat itu benar karena memang ada orang yang berkacamata. Ada orang tidak berkacamata, kalimat ini benar juga, karena kita tau,
memang ada orang yang tidak pakai kacamata. Negasi kalimat bernilai benar harus bernilai salah. Maka negasi yang tepat adalah “Tidak ada orang berkacamata”.
Menentukan negasi dilakukan dengan menambah kata
“tidak” di tempat yang tepat atau menghilangkannya jika kalimatnya sudah memuat kata
“tidak”.
C. Lambang Negasi
Operasi ini merupakan operasi uner yang dilambangkan dengan tanda "~" atau "¬". Ingkaran pernyataan p
adalah ~p atau dibaca "tidak benar bahwa p" atau "non p" atau "negasi dari p".
Contoh :
1.
p : Jakarta ibu kota negara RI.
~p : Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota Negara RI.
~p : Jakarta bukan ibu kota negara RI.
2.
q : 2 + 5 = 10
~q : tidak benar bahwa 2 + 5 = 10
~q : 2 + 5 tidak sama dengan 10
D. Tabel Nilai Kebenaran Ingkaran
atau
2.5 KONJUNGSI
Konjungsi
adalah kalimat majemuk yang terdiri dari dua pernyataan misalnya p dan q yang digabungkan dengan kata hubungkan dengan kata hubung logika
“dan” dinotasikan “p^q”.
·
Misalkan p dan q adalah pernyataan. Konjungsi dari p dan q adalah pernyataan
majemuk “p dan q”,yang dilambangkan dengan p^q. Pernyataan majemuk p^q
bernilai benar apabila p dan q keduanya benar. Pernyataan majemuk p^q
bernilai salah apabila salah satu p
atau q salah, atau p dan q keduanya bernilai salah. Table kebenaran disajikan dalam tabel
1.1.
Contoh:
1.
p: Ani sakit
q: Ani tidak masuk sekolah
p^q:
Ani sakit dan tidak masuk sekolah
2. p
: 2 + 3 > 5
q :
5 - 2 = 3
p^q:
2 + 3 > 5 dan 5 - 2 = 3
Tabel 1.1

CONTOH SOAL:
Buatlah
bentuk konjungsi dari p dan q, serta tentukan nilai kebenaranya!
1. p: 5 adalah bilangan prima
q: 5 adalah bilangan ganjil
2. p: -2 + 3 = 1
q:
6 – 4 < 2
3. p : -3 > -7
q : 3 < 5
q : 3 < 5
Tentukan nilai
kebenaran dari pernyataan berikut!
1.
3x
- 2x = x dan 3 adalah bilangan prima
2.
2
+ 5 = 7 dan 7 adalah bilangan genap
3.
5
= -5 dan 3 < 6
4. 2
x 3 = 6 dan 7 x 2 > 14
2.6 DISJUNGSI
Dua pernyataan dapat digabungkan oleh perkataan ”atau”
(maksudnya ”dan atau”) sehingga menjadi pernyataan majemuk yang disebut
disjungsi dari pernyataan semula. Bila dua pernyataan itu ialah p dan q maka
disjungsi dari p dan q ditulis p v q, dibaca ”p atau q”.
Definisi : Bila p atau q atau kedua-duanya
merupakan pernyataan yang benar, maka p v q merupakan pernyataan yang benar ;
yang lainnya salah.
Jadi dijungsi dari dua pernyataan itu salah bila kedua
komponen pernyataannya merupakan pernyataan-pernyataan yang salah.
Contoh :
1.
Adi duduk di kelas III SMU atau Adi berusia 18 tahun
2.
Pak Budi berumur 50 tahun atau 51 tahun
Kedua kalimat tersebut merupakan disjungsi. Disjungsi
contoh a disebut disjungsi inklusif, (karena Adi mungkin kelas III SMU
dan umurnya 18 tahun terjadi bersama-sama). Pada contoh b, tak mungkin terjadi
keduanya (bila umur pak Budi 50 tahun, tak mungkin 51 tahun). Disjungsi seperti
ini dinamakan disjungsi eklusif. Dalam matematika yang banyak dipakai
adalah disjungsi inklusif.
Tabel
disjungsi eklusif:
P
|
Q
|
p
v q
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
P
|
q
|
p v q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
Tabel disjungsi inklusif:
Nilai dan tabel kebenaran disjungsi :
Sebuah hotel mencari karyawan yang ”pandai menari atau
pandai menyanyi”
Misalkan: p = ”pandai menari”
q = ”pandai menyanyi”
maka tabel pelamar (yang dapat mendaftar atau tidak) adalah :
P
|
q
|
p v q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
Si A: pandai nari & nyanyi
Si B: hanya pandai nari
Si C: hanya nyanyi
Si D: tak pandai nari & nyanyi
B:
diterima S: ditolak
Dari tabel dapat dilihat suatu disjungsi bernilai salah
jika kedua komponennya bernilai salah.
Perhatikan pernyataan-pernyataan
berikut!
p : Surabaya adalah
ibukota Jawa Timur.
q : Surabaya adalah kota pahlawan.
q : Surabaya adalah kota pahlawan.
Dua pernyataan itu dapat dirangkai dengan
menggunakan kata sambung atau menjadi
:
“Surabaya adalah ibukota Jawa Timur atau Surabaya adalah kota pahlawan”
“Surabaya adalah ibukota Jawa Timur atau Surabaya adalah kota pahlawan”
Dua pernyataan yang dirangkai dengan cara
seperti itu disebut disjungsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Disjungsi merupakan
pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan qyang dirangkai dengan
menggunakan kata hubung atau.
Disjungsi pernyataan p dan pernyataan q dapat ditulis sebagai
berikut :
“p v q” (dibaca p atau q)
“p v q” (dibaca p atau q)
Ada dua macam jenis disjungsi, yaitu disjungsi eksklusif dan
disjungsi inklusif. Disjungsi Eksklusif adalah dijungsi yang bersifat menyisih, dapat
dituliskan sebagai p v q (dibaca : p atau q, tetapi tidak p dan q).
Disjungsi Inklusif yaitu disjungsi yang bersifat mencakup, dapat dituliskan
sebagai p v q (dibaca p atau q, atau p dan q).
Nilai kebenaran disjungsi p v q dapat ditentukan
melalui definisi berikut.:
·
p v q benar, jika salah satu
diantara p dan q benar atau p dan q dua-duanya benar
·
p v q salah, jika p da q
dua-duanya salah
Berdasarkan definisi diatas, tabel kebenaran
disjungsi p v q dapat ditunjukkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel nilai kebenaran Disjungsi
P
|
q
|
(pvq)
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
Contoh:
“ Semua bilangan prima adalah
ganjil atau semua grafik fungsi kuadrat memotong sumbu X “
Jawab :
·
p
: Semua bilangan prima adalah ganjil
·
q : Semua grafik fungsi kuadrat memotong sumbu X
·
(p v q) : Semua
bilangan prima adalah ganjil atau semua grafik fungsi kuadrat memotong sumbu X
2.7 IMPLIKASI
I. Pengertian Implikasi (Kondisional atau Proposisi Bersyarat)
Misalkan ada 2 pernyataan p dan q,
untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa jika p bernilai benar akan menjadikan
q bernilai benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum pernyataan pertama lalu
diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga didapatkan suatu
pernyataan majemuk yang disebut dengan “IMPLIKASI / PERNYATAAN BERSYARAT / KONDISIONAL / HYPOTHETICAL dengan notasi "→".
Proposisi p disebut anteseden
(premis / hipotesa / kondisi) dan proposisi q disebut konsekuen
(konklusi / kesimpulan).Sedangkan bentuk proposisinya adalah “ jika p,maka q ” dan ditulis
dengan notasi p ®
q.
Notasi
tersebut dapat dibaca:
1. Jika
p maka q
2. q
jika p
3. p
adalah syarat cukup untuk q
4. q
adalah syarat perlu untuk p
II. Contoh Implikasi
a. p : saya lulus ujian
q : saya mendapat hadiah
dari ayah
bentuk
implikasi : Jika saya lulus ujian, maka saya mendapat hadiah dari
ayah
b. p : suhu mencapai 80°C
q
: udara terasa panas
bentuk implikasi
: Jika suhu mencapai 80°C,
maka udara akan terasa panas
c. p : Dia tidak mendaftar ulang
q : Dia dianggap mengundurkan diri
bentuk implikasi : Jika dia tidak
mendaftar ulang, maka dia dianggap mengundurkan diri
d. p : kita tidak mengerjakan tugas
q : kita tidak mendapatkan nilai
bentuk implikasi
: Jika
kita tidak mengerjakan tugas, maka kita tidak akan mendapatkan nilai
III. Tabel Kebenaran Implikasi
p
|
Q
|
p
®
q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
Ø Penjelasan
(dengan contoh)
Dosen: “Jika
nilai ujian akhir anda 80 atau lebih, maka anda akan mendapat nilai A untuk
kuliah ini”.
Apakah
dosen anda mengatakan kebenaran atau dia
berbohong? Mari kita tinjau empat kasus berikut ini:
Kasus
1: Nilai ujian akhir anda di atas 80
(hipotesis benar) dan anda mendapat nilai A untuk kuliah tersebut(konklusi
benar).
\
pernyataan dosen benar.
Kasus 2: Nilai ujian akhir anda di
atas 80 (hipotesis benar) tetapi
anda tidak mendapat nilai A (konklusi salah).
\
dosen berbohong (pernyataannya salah).
Kasus 3: Nilai ujian akhir anda di bawah 80 (hipotesis salah) dan anda
mendapat nilai A (konklusi benar).
\
dosen tidak dapat dikatakan salah (Mungkin ia melihat kemampuan anda secara
rata-rata bagus sehingga ia tidak ragu memberi nilai A).
Kasus 4: Nilai ujian akhir anda di bawah 80 (hipotesis salah) dan anda
tidak mendapat nilai A (konklusi salah).
\
dosen benar.
·
Cara-cara mengekspresikan implikasi
p ® q:
(a)
Jika p, maka q
(b) Jika p,
q
(c) p
mengakibatkan q (p implies q)
(d) q jika
p
(e) p
hanya jika q
(f)
p syarat
cukup untuk q (hipotesis menyatakan syarat cukup
(sufficient condition) )
(g)
q syarat
perlu untuk p (konklusi menyatakan syarat perlu
(necessary condition)
(h) q
bilamana p (q whenever p)
Contoh : Proposisi-proposisi berikut adalah
implikasi dalam berbagai bentuk:
(a) Es yang
mencair di kutub mengakibatkan permukaan air laut naik.
(b) Orang itu
mau berangkat jika ia diberi ongkos jalan.
(c)
Ahmad bisa mengambil matakuliah
Teori Bahasa Formal hanya jika ia sudah lulus matakuliah Matematika Diskrit.
(d) Syarat cukup agar pom bensin
meledak adalah percikan api dari rokok.
(e)
Syarat perlu bagi Indonesia agar
ikut Piala Dunia adalah dengan mengontrak pemain asing kenamaan.
(f) Banjir
bandang terjadi bilamana hutan ditebangi.
2.7 BIIMPLIKASI
I. Pengertian Biimplikasi
Biimplikasi adalah gabungan dua pernyataan dengan bentuk kondisional
(sebab-akibat), dimana sebab dan akibatnya dapat dipertukarkan. Pernyataan
sebabnya mengakibatkan pernyataan akibat dan juga sebaliknya. Untuk
membedakannya dengan implikasi, operator biimplikasi dilambangkan dengan “⇔”, sedangkan pengalimatannya menggunakan bentuk “…. (pernyataan
pertama) jika dan hanya jika ….
(pernyataan kedua)”. Dalam keseharian biimplikasi biasanya memakai bentuk
pengalimatan “jika… (pernyataan
pertama) maka … (pernyataan kedua), demikian pula sebaliknya”.
Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa, adalah
pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung logika " … jika dan hanya
jika … " dan diberi lambang " ⇔
" atau " ↔ ".
Biimplikasi dari pernyataan p dan q
ditulis " p ⇔
q " atau "p
↔ q" dibaca "p jika dan hanya jika q " dan sering juga dibaca
" p equivalen q " dimana p adalah syarat perlu dan cukup bagi q.
II. Tabel nilai kebenaran
biimplikasi
p
|
Q
|
p
⇔
q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
Biimplikasi dapat dikatakan berasal dari implikasi “ p → q” dan konversnya,
yaitu “q → p”.Dibentuk konjungsi antara implikasi dan konversnya tersebut,
yaitu “(p → q) ˄ (q → p)”.
·
Tabel kebenaran dari konjungsi “(p → q) ˄ (q → p)”
P
|
q
|
p → q
|
q → p
|
(p → q) ˄ (q → p)
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
Memperhatikan nilai-nilai kebenaran dari
“(p → q) ˄ (q → p)” nilai-nilai kebenaran “p” dan “q” pada tabel diatas
kita dapat menyimpulkan bahwa nilai kebenaran dari “(p → q) ˄ (q → p)” hanya B
apabila nilai kebenaran dari p sama dengan nilai kebenaran q, dan bernilai S
apabila nilai-nilai kebenaran dari p dan q berbeda.
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran
dari Biimplikasi berikut:
(1)
8 + 7 = 15 jika dan hanya jika 15 ˃ 2 + 8
(2) 7 membagi habis 15 jika dan hanya jika 7
suatu bilangan prima.
(3)
Tutik adalah presiden RI jika dan hanya jika Semarang Ibu Kota RI
(4)
16 kelipatan 8 jika dan hanya jika 7 faktor dari 16
Penyelesaian:
(1)
“B”, karena 8 + 7 = 15 bernilai benar dan 15 ˃ 2 + 8 juga bernilai benar.
(2)
“S”, karena 7 membagi habis 15 bernilai salah dan 7 suatu bilangan prima
bernilai benar.
(3)
“B”, karena Tutik adalah presiden RI bernilai salah dan Semarang Ibu Kota
RI bernilai salah.
(4)
“S”, karena 16 kelipatan 8 bernilai benar dan 7 faktor dari 16 bernilai salah.
II. Negasi Dari Suatu Biimplikasi
Jika biimplikasi semula
dinyatakan sebagai “p ↔ q “ maka “ ~ (p ↔ q)” bukan “~p ↔ ~q”.
Biimplikasi “p ↔ q “ adalah
singkatan dari “(p → q) ˄ (q → p)” maka
~ (p ↔ q) = ~ [(p → q) ˄ (q → q)]
= ~ (p → q) ˅ (p → q)
= (p ˄ ~q) ˅ (q ˄ ~p)
·
Tabel nilai kebenaran negasi biimplikasi:
P
|
Q
|
~p
|
~q
|
p ↔ q
|
p ˄ ~q
|
q ˄ ~p
|
~ (p ↔ q)
|
(p ˄ ~q) ˅ (q ˄ ~p)
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Contoh:
Tuliskan negasi dari
biimplikasi berikut ini!
(1)
7 suatu bilangan prima jika dan hanya jika 7 membagi habis 42
(2)
Amin dibelikan sepeda jika dan hanya jika Amin tidak nakal
Penyelesaian:
(1)
7 suatu bilangan prima dan tidak membagi habis 42, atau 7 membagi habis 42
dan 7 bukan suatu bilangan prima.
(2)
Amin dibelikan sepeda dan Amin nakal atau Amin tidak nakal dan Amin tidak
dibelikan sepeda.
2.8
KONVERS,
INVERS DAN KONTRAPOSISI
Dari pernyataan yang berupa
implikasi p à
q dapat dibuat pernyataan implikasi baru sebagai berikut :
A.
Konvers
Konvers adalah sebuah proposisi
yang timbul dari mempertukarkan hal lain, seperti dengan menempatkan
predikat untuk subjek,
dan subjek predikat.
·
Jika
suatu bentuk implikasi p à q diubah menjadi q à p disebut
konvers.
Contoh :
Tentukan
konvers dari pernyataan berikut :
a) Jika kamu rajin belajar maka akan naik kelas.
b) Jika
habis dibagi 2 maka bilangan itu adalah bilangan genap.
Penyelesaian :
a) Jika naik kelas maka kamu rajin belajar.
b) Jika
bilangan itu adalah bilangan genap maka habis dibagi 2.
B. Invers
Invers adalah sebuah proposisi dengan arti
berlawanan dari sesuatu.
·
Jika
suatu bentuk implikasi p à q diubah menjadi ~ p à ~ q disebut
invers.
Contoh
:
Tentukan invers dari pernyataan berikut :
a) Jika
turun hujan maka ayah tidak dapat berangkat kerja.
b) Jika
cuaca mendung maka saya membawa payung.
Penyelesaian
:
a) Jika
tidak turun hujan maka ayah dapat berangkat kerja.
b) Jika
cuaca tidak mendung maka saya tidak membawa payung.
C. Kontraposisi
Kontraposisi adalah sebuah
proposisi yang menyangkal subyek asli dari bertentangan predikat.
·
Jika
suatu bentuk implikasi p à q diubah menjadi ~ q à ~ p disebut
kontraposisi.
Contoh
:
Tentukan kontraposisi dari pernyataan berikut
:
a) (p
à q) →(p à q)
b) Jika
Sari makan maka dia menjadi kenyang.
Penyalesaian :
a) ~(
p à q)→~(p à q)
b) Jika
Sari tidak kenyang maka dia tidak makan.
Skema konvers, invers dan kontraposisi dapat dilihat sebagai
berikut :
konvers



![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
invers kontraposisi invers



konvers
Untuk melihat hubungan nilai
kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi, Perhatikan tabel
kebenaran di bawah ini :
P
|
Q
|
Implikasi
p
à q
|
Konvers
q
à p
|
Invers
~p
à ~q
|
Kontraposisi
~q
à ~p
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel di atas ternyata :
Ø
Implikasi ekuivalen
dengan kontraposisinya atau ditulis :
p à
q ≡ ~q à
~p
Dengan
kata lain jika implikasi bernilai benar maka kontraposisinya juga bernilai
benar atau jika implikasi bernilai salah maka kontraposisinya juga bernilai
salah.
Ø
Konvers suatu implikasi
ekuivalen dengan inversnya atau ditulis :
q à
p ≡ ~p à~q
Dengan
kata lain jika konvers bernilai benar maka inversnya juga bernilai benar atau
jika konvers bernilai salah maka inversnya juga bernilai salah.
Contoh :
Tentukan konvers, invers, dan kotraposisi dari
pernyataan berikut ini :
1. Jika
harga bahan bakar minyak naik maka harga bahan pokok naik.
2. Jika
x ˃ 4 maka x² ≥ 16
Penyelesaian :
1. Konvers : jika harga bahan pokok naik maka harga bahan
bakar minyak naik.
Invers :
jika harga bahan bakar minyak tidak naik maka harga bahan pokok tidak
naik.
Kontraposisi : jika harga bahan
pokok tidak naik maka harga bahan bakar minyak tidak naik.
2. Konvers
:
jika x2 ≥ 16 maka x ˃ 4
Invers :
jika x ≤ 4 maka x2 ˂ 16
Kontraposisi : jika x2 ˂ 16 maka x ≤ 4
2.9 PENARIKAN KESIMPULAN
Suatu proses penarikan kesimpulan
terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui (disebut premis), Kemudian
dengan memakai prinsip logika dapat diturunkan suatu pernyataan baru yang
ditarik dari premis-premis semula (disebut kesimpulan / konklusi). Penarikan
seperti itu disebut argumentasi.
a) Argumen adalah serangkaian pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ungkapan-ungkapan pernyataan “penarikan kesimpulan”
b) Argumen terdiri dari dua kelompok
pernyatan, yaitu premis (pernyataan-pernyataan
sebelum kesimpulan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Bila
konjungsi dari premis-premis berimplikasi konklusi maka argumentasi itu
dikatakan berlaku atau sah.Sebaliknya, bila konjungsi dari premis-premis tidak
berimplikasi konklusi maka argumentasi itu dikatakan tidak sah. Jadi suatu
argumentasi dikatakan sah kalau premis-premisnya benar maka konklusinya juga
benar. Beberapa cara penarikan kesimpulan, diantaranya adalah Modus Ponens,
Modus Tollens, dan Silogisme.
1. Modus Ponens
Jika
benar dan p
benar maka q benar.

Skema argumen dapat ditulis sebagai
berikut
Premis 1 : p
q :
Benar

Premis 2 : p : Benar

Jadi :
q : Benar
(Konklusi)
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut
dapat dituliskan sebagai
. Argumentasi ini dikatakan sah
kalau pernyataan implikasi
merupakan tautologi. Tautologi adalah sebuah
pernyataan majemuk
yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan
komponennya.


Tabel nilai kebenaran dari 

P
|
q
|
![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
Dari table tampak bahwa
merupakan tautologi, jadi argumen tersebut sah.

Contoh :
1.
Jika Siti naik kelas maka Siti dibelikan sepeda.
Siti naik
kelas.


2. Modus Tollens
Jika
benar dan
benar maka p
benar.


Skema argumen dapat ditulis sebagai
berikut:
Premis 1 : p
q
: Benar

Premis 2 : ~q : Benar

Jadi : ~ p : Benar
(Konklusi)
Dalam bentuk implikasi, modus
tollens dapat dituliskan sebagai
, sah
atau tidaknya modus tollens dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai berikut :

Tabel nilai kebenaran 

P
|
q
|
~p
|
~q
|
![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel tampak bahwa
merupakan tautologi. Jadi modus tollens merupakan argumentasi yang
sah .

Contoh :
1. Jika
Andi lulus ujian maka Andi memperoleh
hadiah
Andi tidak memperoleh hadiah
![]() |

3. Silogisme
Dari premis-premis
dan
dapat ditarik konklusi
. Penarikan kesimpulan seperti ini disebut kaidah
silogisma . Skema argumnya dapat dinyatakan sebagai berikut :



Premis 1 : p
q : Benar

Premis 2 : q
r : Benar

![]() |
Jadi : p
r : Benar (Konklusi)

Dalam bentuk implikasi, silogisme
dapat dituliskan sebagai
sah atau
tidaknya silogisme dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai berikut :

Tabel nilai kebenaran
.

p
|
Q
|
r
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel tampak bahwa
merupakan tautologi. Jadi
silogisme merupakan argumentasi yang sah.

Contoh:
1.
Jika Rina sakit maka
Rina menangis
Rina
tidak menangis
Jawab :
Rina tidak sakit (modus tollens)
p : Rina sakit
→ q : Rina menangis.
~q : Rina tidak menangis.

~p : Rina tidak menangis.
2.
Jika Ani rajin belajar
maka Ani naik kelas.
Jika Ani naik kelas maka
Ani memperoleh hadiah.
Jawab:
Jika
Ani rajin belajar maka Ani memperoleh hadiah ( silogisme)
p: Ani rajin belajar → q: Ani naik kelas
q: Ani naik kelas → r: Ani memperoleh hadiah
![]() |
p: Ani rajin belajar → r: Ani memperoleh
hadiah
3.
Jika Bu tutik tidak
mengajar maka Bu Tutik pergi kuliah
Bu Tutik tidak mengajar
Jawab :
Bu Tutik pergi kuliah (modus ponens)
p: Bu Tutik tidak mengajar → q: Bu Tutik
pergi kuliah
p: Bu Tutik tidak mengajar
![]() |
q: Bu Tutik pergi kuliah
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Makalah ini dimulai dengan pembahasan mengenai pengertian logika, karena
pengetahuan tentang logika ini sangat sering digunakan di dalam kehidupan nyata
sehari-hari, di dalam mata pelajaran matematika sendiri maupun mata pelajaran
lainnya. Isi makalah ini tidak hanya menekankan pada penghafalan rumus atau
teorema semata-mata, namun sudah berusaha untuk memberi kemudahan bagi para
pembaca. Sebagai contoh, tabel kebenaran untuk p → q tidak langsung diberikan
dengan begitu saja, namun dengan contoh yang menurut penulis dapat memberi
kemudahan bagi para pembaca untuk lebih memahaminya. Begitu juga tentang valid
atau tidak validnya suatu argumen atau suatu penarikan kesimpulan.
3.2 SARAN
Diharapkan
mahasiswa berikutnya dapat mengembangkan makalah ini supaya lebih sederhana dan
lebih mudah dimengerti. Diharapkan mahasiswa dapat memahamai mata kuliah logika
matematika dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
m4ri4ni.files.wordpress.com/2011/12/logika-matematika1.doc
ucu-syarief.blogspot.com/.../makalah-tentang-logika-matematika.html
ebookbrowse.com/ma/makalah-logika-matematika
http://simaknewsscom.blogspot.co.id/
BalasHapus