Pendekatan Pembelajaran
Latar Belakang
Pembelajaran juga berarti meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan
pengalaman-pengalaman belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengalaman
tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secara deduktuf, atau induktif,
atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pelajar, berbagai pesan yang
terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pembelajar, dan proses
pemerolehan pengalaman maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang
pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan
adalah bahwa seorang pembelajar (guru) sudah pernah bertindak belajar itu
sendiri.
A.
Pengorganisasian
Siswa
Guru kelas satu SMP membagi buku bacaan
sacara merata kesemua siswa di kelas. Siswa diminta membaca dalam hati selama 5
menit. Kemudian siswa diberi tugas berikut (1) tiap siswa mencatat kata-kata sulit
yang ada pada bacaan, (2) tiap siswa diminta menemukan suatu peristiwa dengan
menggunakan kalimatnya sendiri.
Kemudian guru memberi tugas membuat
karangan dengan judul yang telah ditentukan oleh guru dan siswa boleh memilih
sendiri. Siswa diberi waktu 35 menit, kemudian karangan dikumpulkan. Keesokan
harinya guru membagikan karangan siswa kembali dan memberi kesempatan pada
siswa untuk bertanya tentang tata-cara menulis karangan. Disini, guru juga
menjelaskan kata-kata sulit yang ditemukan dalam bacaan.
Guru kelas dua SMP membagi siswa menjadi
8 kelompok. Guru memberikan bejana, sebuah tabung yang terbuka kedua ujungnya,
dan sebuah garpu tala pada setiap kelompok. Tiap kelompok deberi tugas sama
tentang resonansi udara tetapi tiap siswa pada kelompok mempunyai tugas
tertentu, seperti ada yang bertugas mengisi bejana, memegang tabung terbuka,
dsb. Guru berkeliling kelompok, memberi komentar dan memperbaiki cara kerja
kelompok dalam melakukan percobaan. Tiap kelompok diminta menarik kesimpulan,
disini kesimpulan dari tiap-tiap kelompok berbeda. Setelah kelompok selesai
melakukan percobaan, guru membimbing diskusi antar-kelompok berkenaan dengan
hasil percobaan. Dari diskusi tersebut akan dihasilkan suatu kesimpulan bahwa
bunyi makin keras didengar, bila panjang tabung di atas permukaan air semakin
panjang. Sebaliknya, bunyi makin lemah didengar, bila panjang tabung diatas air
semakin pendek.
Guru kelas satu SMA menerangkan perang
Diponegoro. Guru menjelaskan situasi sebelum perang, watak tokoh, jalannya
perang, sebab terjadinya perang dan akibat perang Diponegoro. Disini, siswa
diberi kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya. Guru bertindak sebagai
penceramah tunggal tetapi siswa diberi peran belajar aktif. Pada akhir
pembelajaran guru membuat ikhtisar dan melakukan tanya jawab.
Ketiga
lukisan perilaku mengajar tersebut menggambarkan pengorganisasian siswa
belajar. Guru kelas satu SMP memerankan pembelajaran individual. Guru kelas dua
SMP memerankan pembelajaran kelompok. Guru kelas satu SMA memerankan
pembelajaran kelas. Ketiga pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip dan
tekanan utama yang berbeda-beda.
1.
Pembelajaran
Secara Individual
Pembelajaran
individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan bantuan dan
bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pembelajaran individual ini
juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsinya berbeda. Pada
pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi,
sedangkan pada pembelajaran klasikal guru memberi bantuan individual secara
umum. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari
segi (1) tujuan pengajaran, (2) siswa sebagai subjek yang belajar, (3) guru
sebagai pembelajar, (4) program pembelajaran, (5) orientasi dan tekanan utama
dalam pelaksanaan pembelajaran.
A. Tujuan
pengajaran pada pembelajaran secara individual
Tujuan
pembelajaran yang menonjol adalah (1) pemberian kesempatan dan keleluasaan
siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. (2) pengembangan kemampuan
tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket sendiri sesuai
dengan tujuan belajarnya.
B. Siswa
dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan
siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. pembelajar merupakan
pusat layanan pengajaran. Disini, siswa memiliki keleluasaan berupa (1)
keleluasaan berdasarkan kemampuan
sendiri, (2) kebebasan menggunakan waktu belajar, (3) keleluasaan dalam
mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar dalam rangka mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan, (4) siswa melakukan penilaian sendiri
atas hasil belajar, (5) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar
sendiri, (6) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya
sendiri. Keenam kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan
tanggung jawab belajar-mengajar.
C. Guru
dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan
guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan
dengan komponen belajar berupa (1) perencanaan kegiatan belajar, (2)
pengorganisasian kegiatan belajar, (3) penciptaan pendekatan terbuka antara
guru dan siswa, dan (4) fasilitas mempermudah belajar.
Dalam pengajaran
klasikal peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar adalah (i) membantu
merencanakan kegiatan belajar siswa seperti menetapkan tujuan belajar dan
membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan pelaksanaan
belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan
kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau pembimbing, (iv) membantu
siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri.
Peranan guru
dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah (a) memberikan orientasi umum
sehubungan dengan belajar topik tertentu, (b)
membuat variasi kegiatan belajar agar tak terjadi kebosanan, (c) mengkoordinasikan
kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media dan sumber, (d) membagi
perhatian pada sejumlah pebelajar menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (e) memberikan
balikan terhadap setiap pebelajar, (f) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu
unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja.
Peranan guru
dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bisa dilakukan dengan cara-cara
(i) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa, (ii) mendengarkan
secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa, (iii) tanggap dan memberikan
reaksi positif pada siswa, (iv) membina hubungan saling mempercayai, (v)
kesiapan membantu siswa, (vi) membina suasana aman sehingga siswa leluasa
bereksplorasi.
Peranan guru
yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar, yang dilakukan dengan
cara-cara (i) membimbing siswa belajar, (ii) penyediaan media dan sumber
belajar, (iii) memberi penguatan belajar, (iv) menjadi teman dalam mengevaluasi
pelaksanaan, cara, dan hasil belajar, (v) memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki
diri.
D. Program pembelajaran dalam pembelajaran
individual
Dari segi
kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individu lebih efektif, sebab siswa
belajar sesuai dengan programnya sendiri. Sementara dari segi guru, yang
terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien.
Dari segi usia
perkembangan pebelajar, maka
program pembelajaran individual cocok
bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh (i) umumnya siswa sudah dapat
membaca dengan baik, (ii) siswa mudah
memahami petunjuk atau perintah dengan baik, (iii) siswa dapat bekerja mandiri
dan bekerja sama dengan baik. Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang
studi cocok untuk diprogramkan secara individual.
Syarat-syarat
program individual adalah sebagai berikut:
1.
Disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa.
2.
Tujuan
pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa.
3.
Prosedur dan
cara kerja dimengerti oleh siswa.
4.
Kriteria
keberhasilan dimengerti oleh siswa.
5.
Keterlibatan
guru dalam evaluasi dimengerti siswa.
E. Orientasi
dan tekanan utama pelaksanaan
Program pembelajaran individual
berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar
secara mandiri. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan
sebagai pendidik, bukan instruktur.
2. Pembelajaran
Secara Kelompok
Dalam kegiatan
belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Ciri-ciri
yang ada pada pembelajaran kelompok dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran,
(ii) pebelajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, dan
(v) orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran.
a.
Tujuan pengajaran pada kelompok kecil
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
·
Memberi
kesempatan kepada tiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
secara rasional.
·
Mengembangkan
sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan.
·
Mendinamiskan
kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai
bagian kelompok yang bertanggung jawab.
· Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan
pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b.
Siswa dalam pembelajaran kelompok kecil
Ciri-ciri
kelompok kecil adalah sebagai berikut:
·
Tiap siswa
merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
·
Tiap siswa
merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok.
·
Memiliki rasa
saling membutuhkan dan saling tergantung.
·
Ada interaksi
dan komunikasi antar anggota.
· Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung
jawab kelompok.
c.
Guru sebagai pembelajar dalam pembelajaran kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok
terdiri dari (i) pembentukan kelompok, (ii) perencanaan tugas kelompok, (iii)
pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil belajar kelompok.
Perencanan tugas
kelompok perlu disiapkan oleh guru. Tugas kelompok dapat paralel atau
komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok bertugas yang sama.
Sedangkan tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pemecahan
masalah.
Program
pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan
individu sebagai anggota kelompok. Pembelajaran kelompok dapat ditempuh guru
dengan jalan (i) membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil, atau (ii)
membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan
berkelompok kecil.
Program
pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan adalah
peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar
kepemimpinan dan keterpimpinan.
3.
Pembelajaran Secara Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan
kemampuan guru yang utama. Hal ini disebabkan oleh pengajaran klasikal
merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan
kelas lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum siswa dalam kelas.
Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu (i)
pengelolaan kelas, dan (ii) pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan
baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari (i)
kondisi tempat belajar, dan (ii) siswa yang terlihat dalam belajar kondisi
tempat belajar yang berupa ruang kotor, papan tulis rusak meja-kursi rusak
misalnya, dapat menganggu belajar. Sedangkan masalah siswa dapat berupa masalah
individual atau kelompok.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan
mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan
kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran di
kelas dpat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut : (i) penciptaan tertib
belajar dikelas (ii) penciptaan suasana senang dalam belajar, (iii) pemusatan
perhatian pada bahan ajar, (iv) mengikutsertakan siswa belajar aktif, (v)
pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa. Dalam penbelajaran kelas,
guru dapat mengajar seorang diri atas bertindak sebagai tim pembelajar. Bila
guru menjadi tim pembelajaran maka asas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim
pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik. Dari uraian
tersebut diatas dapat diikhtisarkan sebagi
Tabel 5-1 berikut.
Organisasi siswa
Uraian-uraian
|
Pemebelajaran
secara individual
|
Pembelajaran
secara kelompok
|
Pembelajaran
secara klasikal
|
1. Penyusunan
program belajar
2. Faedah
program belajar
3. Kegiatan
belajar
4. Pelaku
utama belajar
5. Disiplin
belajar
6. Waktu
belajar
7. Peranan
guru
8. Kebaikan
|
Ahli
pengajaran atau guru
Untuk
individu
Individual
Siswa
secara individual
Individu
dengan tekanan kemandirian siswa
Sesuai
dengan kemampuan individual
Sebagai
fasilitas pembimbing belajar
Siswa
belajar mandiri sejak dini
|
Guru
Untuk
kelompok
Kelompok
Kelompok
siswa
Disiplin
kelompok
Menyesuaikan
diri dengan kegiatan kerja kelompok
Sebagai
pembimbing belajar
Siswa
terampil bekerja sama
|
Guru
Untuk
kelas
Kelas
Kelas
dibawah pimpinan guru
Disiplin
kelas
Siswa
menyesuaikan diri dengan program guru
Sebagai
guru pengajar yang mendidik
Bahan
pelajaran terselesaiakan
|
B. Posisi Guru Siswa dalam pengolahan
pesan
Dalam
kegiatan belajar mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut
“pesan”. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha memperoleh
sesuatau hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan,
atau “isi ajaran” yang lain seperti kesenian, kesusilaan, dan agama.
1.
Pembelajaran
dengan strategi ekspositori
Perilaku
mengajar dengan strategi ekspositori juga dinamakn model ekspositori. Model
pengajaran ekspositori merupakn kegiatan mengajar yang terpusat kepada guru.
Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan
pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah “memindahkan”
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada
bahan pengajaran harus di jelaskan kepada siswa.
Peranan
guru yang penting adalah sebagi berikut : (i) penyusun program pembelajaran,
(ii) pemberi informasi yang benar, (iii) pemberi fasilitas belajar yang baik,
(iv) pembimbing siswa dalam memperoleh informasi yang benar, dan (v) penilai
pemerolehan informasi.
Peranan siswa yang penting adalah (i) pencari
informasi yang benar, (ii) pemakai media dan sumber yang benar, (iii)
menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian guru. Adapun hasil belajar yang
dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang
dikuasai siswa.
2.
Pembelajaran
dengan
strategi inkuiri
Perilaku
mengajar dengan strategi inkuiri juga disenut sebgai model inkuiri. Model
inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri
siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran
inkuiri merupakan oengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini
siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan
keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahakan masalah secara
ilmiah.
Tekanan
utama pembelajaran dengan strategi inkiuiri adalah (i) pengembangan kemampuan
berfikir individual lewat penelitian, (ii) peningkatan kemampuan mempratekakan
metode dan teknik penelitian (iii) latihan keterampilan inteliktual khusus,
yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu dan, (iv) latihan menemukan sesuatu,
seperti “ belajar bagaimana belajar” sesuatu.
Peranan
guru yang penting adalah (i) menciptakan susansa bebas berfikir sehingga siswa
berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, (ii) fasilitator
dalam penelitian, (iii) rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian
alternatif pemecahan masalah, (iv) pembimbing penelitian, pendorong keberanian
berfikir alternatif pemecahan masalah. Sebagai pembimbing proses berfikir guru
menyampaikan banyak pertanyaan. Peran pembimbing tersebut menonjol pada
strategi guided inquiry, dimana
kemungkinan penemuan telah diperhitungakn sebelumnya oleh guru.
Peranan
siswa yang pentinga adalah (i) pengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan
pemecahan masalah, (ii) pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, (iii)
penjelajah tentang masalah dan metode pemecehan, dan (iv) penemu pemecahan masalah.
Evaluasi
hasil belajar pada metode inkuiri (i) keterampilan pencarian dan perumusan
masalah, (ii) keterampilan pengumpulan data atau informasi, (iii) keterampilan
peneliti objek seperti benda, sifat benda, kondisi, atau peristiwa dan pelaku
(iv) keterampilan menarik kesimpulan dan (v) laporan.
C. Kemampuan yang akan dicapai dalam Pembelajaran
Siswa
yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum belajar, kemampuannya hanya
25% misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100%. Hasil
belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental. Pada umunya hasil belajar
tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemampuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Pada kesenjangan
antara kemampuan pra-belajar dengan
kemampuan yang dicapai. Kesenjangan tersebut dapat diatasi berkat belajar bahan
ajar tertentu.
Pembelajaran
akan menghasilkan suatu kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar berarti
menggunakan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor mencerna bahan ajar. Secara
umum kegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase (i) motivasi, yang berarti
siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak mencapai tujuan belajar, (ii) konsentrasi,
yang berarti siswa memusatkan perhatian
pada bahan ajar,(iii) mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan
mengambil makna tentang apa yang dipelajari, (iv) menyimpan, yang berarti siswa
menyimpan dalam ingatan, perasaan dan kemampuan motoriknya, (v) mengenali,
dalam arti menggunakan dipelajari yang akan dipergunakan untuk suatu pemecahan,
(vi) prestasi, dalam arti menggunakan bahan ajar untuk unjuk kerja, dan (vii)
umpan balik, dalam arti siswa pembenaran tentang ketepatan hasil belajar atau
prestasinya.
Kegiatan belajar di sekolah, menurut
Biggs dan Telfer, pada umumnya dapat dibedakan menjadi 4, hal berkenaan dan (i)
belajar yang kognitif seperti pemerolehan pengetahuan, (ii) belajar yang
afektif seperti belajar tentang perasaan, nilai- nilai, dan emosi, (iii)
belajar yang berkenaan dengan isi ajaran, seperti yang ditentukan dalam silabus
semacam pokok- pokok bahasan, dan (iv) belajar yang berkenaan dengan proses,
seperti bagaimana suatu hasil dapat diperoleh.keempat jenis belajar tersebut
merupakan target sekolah. Keempat kegiatan belajar tersebut dapat digolongkan
menjadi tujuan yang akan dicapai, dan ranah yang akan dikembangkan.
Tujuan
pengajaran
|
isi
|
Proses
|
Ranah
kognitif
|
Mata
pelajaran sekolah dan disiplin pengetahuan
|
Pendekatan
pemerolehan seperti pemecahan masalah, penemuan dan sebagainya
|
Ranah
afektif
|
Pendidikan
nilai dengan sengaja
|
Kejelasan
nilai berkenaan dengan perasaan dan sikap
|
Ranah
psikomotorik
|
Pendidikan
keterampilan dengan sengaja
|
Kejelasan
kecepatan psikomotorik dengan gerak
|
Pembelajaran ranah disesuaikan dengan
tujuan pengajaran, yaitu mementingkan isi bahan ajar atau proses pemerolehan.
Pembelajaran ranah- ranah itu masih bertingkat- tingkat, menurut Bloom dan
kawan- kawan.
Memusatkan perhatian pada isi dan proses
juga mementingkan hal yang diutamakan. Sebagai ilustrasi, mengutamakan fakta,
konsep, teori dalam mata pelajaran tertentu. Atau mengutamakan cara pemecahan
masalah seperti penggunaan rumus, alat- alat pelajaran, penemuan dala
keterampilan proses. (i) pembelajaran ranah kognitif terlaksana dengan
pengajaran cabang pengetahuan di sekolah, dan cara- cara pemerolehan, (ii)
pembelajaran afektif berkenaan dengan didikan sengaja tentang nilai seperti
keadilan , dan keterampilannya seperti membagi adil, berbuat sopan. (iii)
pemeblajaran psikomotorik berkenaan dengan keterampilan tangan atau olahraga,
seperti latihan- latihan tertentu.
D. Proses
pengolahan pesan
Pemerolehan
pengalaman, peningkatan jenis ranah tiap siswa tidak sama. Hal itu disebabkan
oleh proses pengolahan pesan. Ada sua jenis pengolahan pesan yaitu secara
deduktif dan induktif.
1.
Pengolahan
pesan secara deduktif
Guru
kelas 1 SMP di kota A mengajar pokok bahasan “ faktor- faktor produksi dan cara
memperbesar produksi”. Ia menjelaskan bahwa faktor prosuksi terdiri dari faktor
produksi alam, tenaga, modal dan organisasi. Ia menerangkan pengertian-
pengertian berkenaan faktor- faktor produksi tersebut. Sebagai ilustrasi, ia
mengemukakan bahwa “faktor- faktor alam
adalah produksi asli yang merupakan sumber pokok yang mempengaruhi kebutuhan .
faktor produksi alam tersebut terdiri dari tanah, kekayaan alam, dan tenaga alam”.
Kemudian ia memberi contoh tentang hal- hal tenaga alam tercakup dalam
pengertian tertentu; sebagai ilustrasi, yang tergolong dalam kekayaan alam
adalah hewan, tumbuhan- tumbuhan, barang tambang. Atas dasar pengertian
tersebut guru mengajak kelas untuk mempelajari faktor- faktor produski di
kabupaten A.
Guru
tersebut memulai dengang suatu pernyataan generalisasi “ suatu kabupaten akan
menghasilkan produksi tinggi, jika faktor- faktor produksi memenuhi persyaratan
untuk berprosuksi tinggi”. Kemudian berdasarkan
pengertian yanga ada, guru meminta siswa untuk mempelajari kabupaten A dengan
panduan pernyataan guru. Panduan pertanyaan guru antara lain sebagai berikut:
1. Berapa
hektar luas sawah perkebunan dan ladang di kabupaten A?
2. Berapa
banyak tenaga kerja manusia dipertanian sawah, ladang, dan perkebunan?
3. Dari
mana para petani, pengusaha perkebunan memperoleh modal?
4. Apakah
kabupaten A juga memiliki kekayaan alam lain yang dapat memperbanyak jenis
produksi?
Contoh
pemerolehan pengetahuan siswa tersebut tergolong pengolahan pesan secara
deduktif. Pengolahan secara umum perilaku pengolahan pesan secara deduktif
dapat dilukiskan dengan langkah- langkah sebagai berikut.
Tahap
satu : Pendahuluan pembelajaran
Tahap dua : Penyajian generalisasi dam konsep. Dalam hal ini guru
mengemukakan rumusan generalisasi yang
telah disiapkan, dan guru juga menjelaskan konsep dengan contoh- contoh. Siswa
berperan memahami generalisasi dan konsep tersebut.
Tahap tiga :Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa
mengumpulkan data. Siswa mengumpulkan data sebanyak- bnayaknya dan menguji
kesyahan data.
Tahap empat : Analisis data dan
verifikasi generalisasi. Giru meminta siswa mengalisis data yang
terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa dapat
mengumpulkan data lagi, agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
Tahap lima : Aplikasi generalisasi pada data yang terkumpul.
Tahap enam : Evaluasi tentang proses pengolahan pesan, perolehan
pengetahuan atau pengalaman tersebut. Pelaku evaluasi sebaiknya guru dan siswa
dan secara bersama- sama.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara deduktif mulai denga (i)
guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan konsep-
konsep, dan (iii) pencarian data, yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan data
tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam kegiatan ini siswa
juga mengaplikasikan konsep terhadap data tetrtentu.
2.
Pengolahan pesan secara induktif.
Guru
kelas 1 SMP di kota B mengajajarkan bahasan tentang “ekonomi rumah tangga dan
perilaku menabung”. Di kelasnya terdapat 40 orang siswa. Mennurut daftar induk
diketahui bahwa orang tua siswa umumnhya bekerja sebagai pegawai negeri,
pedagang, penjajah makanan, ABRI, pegawai perusahaan swasta, pengusaha toko,
sopir, penjaga malam, tukang becak. Keempat puluh siswa tersebut dibagi menjadi
8 kelompok. Tiap siswa ditugaskan untuk mencari informasi tentang penerimaan
dan pengeluaran tiap bulan pada orang tua masing-masing: informasi yang
dikumpulkan berkenaan dengan gaji atau pendapatan tetap, pembelian beras, lauk
pauk, bahan bakar, lampu, air, gula, kopi, dan kebutuhan camilan, pakaian,
biaya sekolah, uang saku, tabungan, dana sakit, rekreasi, dan pengeluaran tak
terduga. Perolehan informai tersebut dimasukkan ke dalam lajur anggaran rumah
tangga.
Informasi
tentang penerimaan dan pengeluaran orang tua siswa dikumpulkan oleh
kelompok. Guru membimbing analisis
tentang anggaran penerimaan dan pengeluaran rumah tangga kelompok orang tua
dengan mengajukan pertanyaan bimbingan. Diantara pertanyaan bimbingan tersebut
sebagai berikut.
1. Berapa
penerimaan yang terkecil diantara penduduk (orang tua siswa di kelas)?
2. Berapa
orangkah yang tergolong memiliki penerimaan rendah, sedang, dan tinggi?
3. Berapa
orangkah diantara golongan berpenerimaan rendah, sedang, dan tinggi
membelanjakan pengeluaran tertinggi? Berapa orang yang membelanjakan denga
pengeluaran terendah?
4. Berapa
jumlah rata- rata penerimaan golongan rendah, sedang, dan tinggi?
Berapa jumlah rata-
rata pengeluaran golongan rendah, sedang, dan tinggi?
5. Berapa
orangkah yang memiliki tabungan, pada golongan rendah, sedang, dan tinggi?
Berapa rata-rata pengeluaran rekreasi pada ketiga golongan tersebut? Berapa
rata- rata pengeluaran dana sakit pada ketiga golongan tersebut?
6. Kesimpulan
apakah yang dapat ditarik dari ekonomi rumah tangga pada ketiga golongan
tersebut? Usaha apakah yang dapat dilakukan agar dapat menabung? Apakah yang
dapat dihemat, dana rekreasi apa dana sakit? Agar tidak sakit, apakah usaha
tiap keluarga?
7. Dari
kesimpulan sementara tersebut, dapatkah dirimuskan bahwa “ hemat pengeluaran
lebih baik daripada boros”? bagaimana dengan pepatah “ kecil menabung, tua
beruntung”?
Dengan pertanyaan bimbingan
tersebut di atassiswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul. Siswa
membuat generalisasi, tidak menguji generalisasi.
Contoh perilaku perolehan
pengetahuan tersebut tergolong pengolahan pesan secara induktif. Secara umum
perilaku pengolahan pesan secara induktif dapat dilukiskan sebagai berikut.
Tahap satu : Pendahuluan
pembelajaran
Tahap dua : Pengumpulan data. Guru meminta siswa mengumpulkan data
sehubungan dengan topik yang dipelajari. Sebaiknya guru telah menyiapkan
lembaran kerja. Dalam pembuatan lembaran kerja sebaiknya siswa juga diajak serta.
Pekerjaan pengumpulan data dapat dilakukan beberapa tahap, sesuai dengan
masalah yang dipelajari.
Tahap tiga : Analisis data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data,
menggolong- golongkan, membandingkan, mengujin kebenaran data, dan menyimpulkan
sementara.
Tahap empat : Perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan
teori yang ada atau prinsip yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan
untuk uji hipotesis. Hipotesis dapat diterima atau ditolak. Bila ternyata
benar, hipotesis diterima. Bila ternyata hipotesis salah, hipotesis ditolak.
Tahap lima : Mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru memintasiswa
untuk menerapkan generalisasi pada data lain.
Tahap enam : Evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada
proses pemerolehan, pengolahan, analisis,penarikan generalisasi, rumusan
generalisasi, dan uji hipotesis.
Pengolahan pesan secara induktif bermula
dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii) penyusunan konsep berdasarkan fakta-
fakta, (iii) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep- konsep. Bila sudah ada
teori yang benar, pada umunya dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi
pada data baru, atau uji hipotesis, (v) penarikan kesimpulan lanjut