Senin, 10 Februari 2014

Pendekatan Pembelajaran



Pendekatan Pembelajaran
Latar Belakang
Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan pengalaman-pengalaman belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengalaman tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secara deduktuf, atau induktif, atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pelajar, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pembelajar, dan proses pemerolehan pengalaman maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang pembelajar (guru) sudah pernah bertindak belajar itu sendiri.
A.      Pengorganisasian Siswa
Guru kelas satu SMP membagi buku bacaan sacara merata kesemua siswa di kelas. Siswa diminta membaca dalam hati selama 5 menit. Kemudian siswa diberi tugas berikut (1) tiap siswa mencatat kata-kata sulit yang ada pada bacaan, (2) tiap siswa diminta menemukan suatu peristiwa dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
Kemudian guru memberi tugas membuat karangan dengan judul yang telah ditentukan oleh guru dan siswa boleh memilih sendiri. Siswa diberi waktu 35 menit, kemudian karangan dikumpulkan. Keesokan harinya guru membagikan karangan siswa kembali dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang tata-cara menulis karangan. Disini, guru juga menjelaskan kata-kata sulit yang ditemukan dalam bacaan.
Guru kelas dua SMP membagi siswa menjadi 8 kelompok. Guru memberikan bejana, sebuah tabung yang terbuka kedua ujungnya, dan sebuah garpu tala pada setiap kelompok. Tiap kelompok deberi tugas sama tentang resonansi udara tetapi tiap siswa pada kelompok mempunyai tugas tertentu, seperti ada yang bertugas mengisi bejana, memegang tabung terbuka, dsb. Guru berkeliling kelompok, memberi komentar dan memperbaiki cara kerja kelompok dalam melakukan percobaan. Tiap kelompok diminta menarik kesimpulan, disini kesimpulan dari tiap-tiap kelompok berbeda. Setelah kelompok selesai melakukan percobaan, guru membimbing diskusi antar-kelompok berkenaan dengan hasil percobaan. Dari diskusi tersebut akan dihasilkan suatu kesimpulan bahwa bunyi makin keras didengar, bila panjang tabung di atas permukaan air semakin panjang. Sebaliknya, bunyi makin lemah didengar, bila panjang tabung diatas air semakin pendek.
Guru kelas satu SMA menerangkan perang Diponegoro. Guru menjelaskan situasi sebelum perang, watak tokoh, jalannya perang, sebab terjadinya perang dan akibat perang Diponegoro. Disini, siswa diberi kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya. Guru bertindak sebagai penceramah tunggal tetapi siswa diberi peran belajar aktif. Pada akhir pembelajaran guru membuat ikhtisar dan melakukan tanya jawab.
Ketiga lukisan perilaku mengajar tersebut menggambarkan pengorganisasian siswa belajar. Guru kelas satu SMP memerankan pembelajaran individual. Guru kelas dua SMP memerankan pembelajaran kelompok. Guru kelas satu SMA memerankan pembelajaran kelas. Ketiga pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda-beda.
1.        Pembelajaran Secara Individual
Pembelajaran individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pembelajaran individual ini juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsinya berbeda. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi, sedangkan pada pembelajaran klasikal guru memberi bantuan individual secara umum. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi (1) tujuan pengajaran, (2) siswa sebagai subjek yang belajar, (3) guru sebagai pembelajar, (4) program pembelajaran, (5) orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
A.   Tujuan pengajaran pada pembelajaran secara individual
Tujuan pembelajaran yang menonjol adalah (1) pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket sendiri sesuai dengan tujuan belajarnya.
B.    Siswa dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. pembelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Disini, siswa memiliki keleluasaan berupa (1) keleluasaan berdasarkan  kemampuan sendiri, (2) kebebasan menggunakan waktu belajar, (3) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, (4) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (5) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, (6) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri. Keenam kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar-mengajar.
C.    Guru dalam pembelajaran secara individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen belajar berupa (1) perencanaan kegiatan belajar, (2) pengorganisasian kegiatan belajar, (3) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (4) fasilitas mempermudah belajar.
Dalam pengajaran klasikal peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar adalah (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa seperti menetapkan tujuan belajar dan membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau pembimbing, (iv) membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri.
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah (a) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (b)  membuat variasi kegiatan belajar agar tak terjadi kebosanan, (c) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media dan sumber, (d) membagi perhatian pada sejumlah pebelajar menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (e) memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, (f) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja.
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bisa dilakukan dengan cara-cara (i) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa, (ii) mendengarkan secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa, (iii) tanggap dan memberikan reaksi positif pada siswa, (iv) membina hubungan saling mempercayai, (v) kesiapan membantu siswa, (vi) membina suasana aman sehingga siswa leluasa bereksplorasi.
Peranan guru yang sangat penting adalah menjadi fasilitator belajar, yang dilakukan dengan cara-cara (i) membimbing siswa belajar, (ii) penyediaan media dan sumber belajar, (iii) memberi penguatan belajar, (iv) menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara, dan hasil belajar, (v) memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki diri.
D.   Program pembelajaran dalam pembelajaran individual
Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individu lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Sementara dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak kurang efisien.
Dari segi usia perkembangan  pebelajar, maka program  pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh (i) umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa  mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik, (iii) siswa dapat bekerja mandiri dan bekerja sama dengan baik. Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara individual.
Syarat-syarat program individual adalah sebagai berikut:
1.    Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
2.    Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa.
3.    Prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa.
4.    Kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa.
5.    Keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.
E.    Orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai pendidik, bukan instruktur.
2.    Pembelajaran Secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Ciri-ciri yang ada pada pembelajaran kelompok dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) pebelajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, dan (v) orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran.
a.         Tujuan pengajaran pada kelompok kecil
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
·      Memberi kesempatan kepada tiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
·      Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan.
·      Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab.
·      Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b.         Siswa dalam pembelajaran kelompok kecil
Ciri-ciri kelompok kecil adalah sebagai berikut:
·      Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
·      Tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok.
·      Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung.
·      Ada interaksi dan komunikasi antar anggota.
·      Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
c.         Guru sebagai pembelajar dalam pembelajaran kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) pembentukan kelompok, (ii) perencanaan tugas kelompok, (iii) pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil belajar kelompok.
Perencanan tugas kelompok perlu disiapkan oleh guru. Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok bertugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pemecahan masalah.
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. Pembelajaran kelompok dapat ditempuh guru dengan jalan (i) membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil, atau (ii) membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan berkelompok kecil.
Program pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan keterpimpinan.
3.    Pembelajaran Secara Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal ini disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu ada jumlah minimum siswa dalam kelas. Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu (i) pengelolaan kelas, dan (ii) pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari (i) kondisi tempat belajar, dan (ii) siswa yang terlihat dalam belajar kondisi tempat belajar yang berupa ruang kotor, papan tulis rusak meja-kursi rusak misalnya, dapat menganggu belajar. Sedangkan masalah siswa dapat berupa masalah individual atau kelompok.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran di kelas dpat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut : (i) penciptaan tertib belajar dikelas (ii) penciptaan suasana senang dalam belajar, (iii) pemusatan perhatian pada bahan ajar, (iv) mengikutsertakan siswa belajar aktif, (v) pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa. Dalam penbelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atas bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tim pembelajaran maka asas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik. Dari uraian tersebut diatas dapat diikhtisarkan sebagi  Tabel 5-1 berikut.
         Organisasi siswa

Uraian-uraian

Pemebelajaran secara individual

Pembelajaran secara kelompok

Pembelajaran secara klasikal
1.      Penyusunan program belajar

2.      Faedah program belajar

3.      Kegiatan belajar

4.      Pelaku utama belajar

5.      Disiplin belajar



6.      Waktu belajar



7.      Peranan guru


8.      Kebaikan

Ahli pengajaran atau guru

Untuk individu


Individual

Siswa secara individual

Individu dengan tekanan kemandirian siswa

Sesuai dengan kemampuan individual

Sebagai fasilitas pembimbing belajar

Siswa belajar mandiri sejak dini
Guru


Untuk kelompok


Kelompok

Kelompok siswa


Disiplin kelompok



Menyesuaikan diri dengan kegiatan kerja kelompok

Sebagai pembimbing belajar

Siswa terampil bekerja sama
Guru


Untuk kelas


Kelas

Kelas dibawah pimpinan guru

Disiplin kelas



Siswa menyesuaikan diri dengan program guru

Sebagai guru pengajar yang mendidik

Bahan pelajaran terselesaiakan

B. Posisi Guru Siswa dalam pengolahan pesan
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan”. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha memperoleh sesuatau hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat  berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau “isi ajaran” yang lain seperti kesenian, kesusilaan, dan agama.
1.           Pembelajaran dengan strategi ekspositori
Perilaku mengajar dengan strategi ekspositori juga dinamakn model ekspositori. Model pengajaran ekspositori merupakn kegiatan mengajar yang terpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah “memindahkan” pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan pengajaran harus di jelaskan kepada siswa.
Peranan guru yang penting adalah sebagi berikut : (i) penyusun program pembelajaran, (ii) pemberi informasi yang benar, (iii) pemberi fasilitas belajar yang baik, (iv) pembimbing siswa dalam memperoleh informasi yang benar, dan (v) penilai pemerolehan informasi.
Peranan siswa yang penting adalah (i) pencari informasi yang benar, (ii) pemakai media dan sumber yang benar, (iii) menyelesaikan tugas sehubungan dengan penilaian guru. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa.
2.           Pembelajaran  dengan strategi inkuiri
Perilaku mengajar dengan strategi inkuiri juga disenut sebgai model inkuiri. Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan oengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahakan masalah secara ilmiah.
Tekanan utama pembelajaran dengan strategi inkiuiri adalah (i) pengembangan kemampuan berfikir individual lewat penelitian, (ii) peningkatan kemampuan mempratekakan metode dan teknik penelitian (iii) latihan keterampilan inteliktual khusus, yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu dan, (iv) latihan menemukan sesuatu, seperti “ belajar bagaimana belajar” sesuatu.
Peranan guru yang penting adalah (i) menciptakan susansa bebas berfikir sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, (ii) fasilitator dalam penelitian, (iii) rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah, (iv) pembimbing penelitian, pendorong keberanian berfikir alternatif pemecahan masalah. Sebagai pembimbing proses berfikir guru menyampaikan banyak pertanyaan. Peran pembimbing tersebut menonjol pada strategi guided inquiry, dimana kemungkinan penemuan telah diperhitungakn sebelumnya oleh guru.
Peranan siswa yang pentinga adalah (i) pengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, (ii) pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, (iii) penjelajah tentang masalah dan metode pemecehan, dan (iv) penemu pemecahan masalah.
Evaluasi hasil belajar pada metode inkuiri (i) keterampilan pencarian dan perumusan masalah, (ii) keterampilan pengumpulan data atau informasi, (iii) keterampilan peneliti objek seperti benda, sifat benda, kondisi, atau peristiwa dan pelaku (iv) keterampilan menarik kesimpulan dan (v) laporan.
C.   Kemampuan yang akan dicapai dalam Pembelajaran
Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum belajar, kemampuannya hanya 25% misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental. Pada umunya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Pada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar  dengan kemampuan yang dicapai. Kesenjangan tersebut dapat diatasi berkat belajar bahan ajar tertentu.
Pembelajaran akan menghasilkan suatu kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor mencerna bahan ajar. Secara umum kegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase (i) motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak mencapai tujuan belajar, (ii) konsentrasi, yang berarti  siswa memusatkan perhatian pada bahan ajar,(iii) mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan mengambil makna tentang apa yang dipelajari, (iv) menyimpan, yang berarti siswa menyimpan dalam ingatan, perasaan dan kemampuan motoriknya, (v) mengenali, dalam arti menggunakan dipelajari yang akan dipergunakan untuk suatu pemecahan, (vi) prestasi, dalam arti menggunakan bahan ajar untuk unjuk kerja, dan (vii) umpan balik, dalam arti siswa pembenaran tentang ketepatan hasil belajar atau prestasinya.
Kegiatan belajar di sekolah, menurut Biggs dan Telfer, pada umumnya dapat dibedakan menjadi 4, hal berkenaan dan (i) belajar yang kognitif seperti pemerolehan pengetahuan, (ii) belajar yang afektif seperti belajar tentang perasaan, nilai- nilai, dan emosi, (iii) belajar yang berkenaan dengan isi ajaran, seperti yang ditentukan dalam silabus semacam pokok- pokok bahasan, dan (iv) belajar yang berkenaan dengan proses, seperti bagaimana suatu hasil dapat diperoleh.keempat jenis belajar tersebut merupakan target sekolah. Keempat kegiatan belajar tersebut dapat digolongkan menjadi tujuan yang akan dicapai, dan ranah yang akan dikembangkan.

Tujuan pengajaran
isi
Proses
Ranah kognitif
Mata pelajaran sekolah dan disiplin pengetahuan
Pendekatan pemerolehan seperti pemecahan masalah, penemuan dan sebagainya
Ranah afektif
Pendidikan nilai dengan sengaja
Kejelasan nilai berkenaan dengan perasaan dan sikap
Ranah psikomotorik
Pendidikan keterampilan dengan sengaja
Kejelasan kecepatan psikomotorik dengan gerak

Pembelajaran ranah disesuaikan dengan tujuan pengajaran, yaitu mementingkan isi bahan ajar atau proses pemerolehan. Pembelajaran ranah- ranah itu masih bertingkat- tingkat, menurut Bloom dan kawan- kawan.
Memusatkan perhatian pada isi dan proses juga mementingkan hal yang diutamakan. Sebagai ilustrasi, mengutamakan fakta, konsep, teori dalam mata pelajaran tertentu. Atau mengutamakan cara pemecahan masalah seperti penggunaan rumus, alat- alat pelajaran, penemuan dala keterampilan proses. (i) pembelajaran ranah kognitif terlaksana dengan pengajaran cabang pengetahuan di sekolah, dan cara- cara pemerolehan, (ii) pembelajaran afektif berkenaan dengan didikan sengaja tentang nilai seperti keadilan , dan keterampilannya seperti membagi adil, berbuat sopan. (iii) pemeblajaran psikomotorik berkenaan dengan keterampilan tangan atau olahraga, seperti latihan- latihan tertentu.
D.   Proses pengolahan pesan
Pemerolehan pengalaman, peningkatan jenis ranah tiap siswa tidak sama. Hal itu disebabkan oleh proses pengolahan pesan. Ada sua jenis pengolahan pesan yaitu secara deduktif dan induktif.
1.           Pengolahan pesan secara deduktif
Guru kelas 1 SMP di kota A mengajar pokok bahasan “ faktor- faktor produksi dan cara memperbesar produksi”. Ia menjelaskan bahwa faktor prosuksi terdiri dari faktor produksi alam, tenaga, modal dan organisasi. Ia menerangkan pengertian- pengertian berkenaan faktor- faktor produksi tersebut. Sebagai ilustrasi, ia mengemukakan  bahwa “faktor- faktor alam adalah produksi asli yang merupakan sumber pokok yang mempengaruhi kebutuhan . faktor produksi alam tersebut terdiri dari tanah, kekayaan alam, dan tenaga alam”. Kemudian ia memberi contoh tentang hal- hal tenaga alam tercakup dalam pengertian tertentu; sebagai ilustrasi, yang tergolong dalam kekayaan alam adalah hewan, tumbuhan- tumbuhan, barang tambang. Atas dasar pengertian tersebut guru mengajak kelas untuk mempelajari faktor- faktor produski di kabupaten A.
Guru tersebut memulai dengang suatu pernyataan generalisasi “ suatu kabupaten akan menghasilkan produksi tinggi, jika faktor- faktor produksi memenuhi persyaratan untuk berprosuksi tinggi”.  Kemudian berdasarkan pengertian yanga ada, guru meminta siswa untuk mempelajari kabupaten A dengan panduan pernyataan guru. Panduan pertanyaan guru antara lain sebagai berikut:

1.      Berapa hektar luas sawah perkebunan dan ladang di kabupaten A?
2.      Berapa banyak tenaga kerja manusia dipertanian sawah, ladang, dan perkebunan?
3.      Dari mana para petani, pengusaha perkebunan memperoleh modal?
4.      Apakah kabupaten A juga memiliki kekayaan alam lain yang dapat memperbanyak jenis produksi?
Contoh pemerolehan pengetahuan siswa tersebut tergolong pengolahan pesan secara deduktif. Pengolahan secara umum perilaku pengolahan pesan secara deduktif dapat dilukiskan dengan langkah- langkah sebagai berikut.
Tahap satu       : Pendahuluan pembelajaran
Tahap dua       : Penyajian generalisasi dam konsep. Dalam hal ini guru mengemukakan  rumusan generalisasi yang telah disiapkan, dan guru juga menjelaskan konsep dengan contoh- contoh. Siswa berperan memahami generalisasi dan konsep tersebut.
Tahap tiga       :Pengumpulan data yang mendukung generalisasi. Guru meminta siswa mengumpulkan data. Siswa mengumpulkan data sebanyak- bnayaknya dan menguji kesyahan data.
Tahap empat    : Analisis data dan  verifikasi generalisasi. Giru meminta siswa mengalisis data yang terkumpul, dan menguji kembali generalisasi. Bila perlu siswa dapat mengumpulkan data lagi, agar verifikasi generalisasi lebih meyakinkan.
Tahap lima       : Aplikasi generalisasi pada data yang terkumpul.
Tahap enam     : Evaluasi tentang proses pengolahan pesan, perolehan pengetahuan atau pengalaman tersebut. Pelaku evaluasi sebaiknya guru dan siswa dan secara bersama- sama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengolahan pesan secara deduktif mulai denga (i) guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan konsep- konsep, dan (iii) pencarian data, yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam kegiatan ini siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tetrtentu.
2.       Pengolahan pesan secara induktif.

Guru kelas 1 SMP di kota B mengajajarkan bahasan tentang “ekonomi rumah tangga dan perilaku menabung”. Di kelasnya terdapat 40 orang siswa. Mennurut daftar induk diketahui bahwa orang tua siswa umumnhya bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang, penjajah makanan, ABRI, pegawai perusahaan swasta, pengusaha toko, sopir, penjaga malam, tukang becak. Keempat puluh siswa tersebut dibagi menjadi 8 kelompok. Tiap siswa ditugaskan untuk mencari informasi tentang penerimaan dan pengeluaran tiap bulan pada orang tua masing-masing: informasi yang dikumpulkan berkenaan dengan gaji atau pendapatan tetap, pembelian beras, lauk pauk, bahan bakar, lampu, air, gula, kopi, dan kebutuhan camilan, pakaian, biaya sekolah, uang saku, tabungan, dana sakit, rekreasi, dan pengeluaran tak terduga. Perolehan informai tersebut dimasukkan ke dalam lajur anggaran rumah tangga.
Informasi tentang penerimaan dan pengeluaran orang tua siswa dikumpulkan oleh kelompok.  Guru membimbing analisis tentang anggaran penerimaan dan pengeluaran rumah tangga kelompok orang tua dengan mengajukan pertanyaan bimbingan. Diantara pertanyaan bimbingan tersebut sebagai berikut.

1.      Berapa penerimaan yang terkecil diantara penduduk (orang tua siswa di kelas)?
2.      Berapa orangkah yang tergolong memiliki penerimaan rendah, sedang, dan tinggi?
3.      Berapa orangkah diantara golongan berpenerimaan rendah, sedang, dan tinggi membelanjakan pengeluaran tertinggi? Berapa orang yang membelanjakan denga pengeluaran terendah?
4.      Berapa jumlah rata- rata penerimaan golongan rendah, sedang, dan tinggi?
Berapa jumlah rata- rata pengeluaran golongan rendah, sedang, dan tinggi?
5.      Berapa orangkah yang memiliki tabungan, pada golongan rendah, sedang, dan tinggi? Berapa rata-rata pengeluaran rekreasi pada ketiga golongan tersebut? Berapa rata- rata pengeluaran dana sakit pada ketiga golongan tersebut?
6.      Kesimpulan apakah yang dapat ditarik dari ekonomi rumah tangga pada ketiga golongan tersebut? Usaha apakah yang dapat dilakukan agar dapat menabung? Apakah yang dapat dihemat, dana rekreasi apa dana sakit? Agar tidak sakit, apakah usaha tiap keluarga?
7.      Dari kesimpulan sementara tersebut, dapatkah dirimuskan bahwa “ hemat pengeluaran lebih baik daripada boros”? bagaimana dengan pepatah “ kecil menabung, tua beruntung”?
Dengan pertanyaan bimbingan tersebut di atassiswa menarik kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul. Siswa membuat generalisasi, tidak menguji generalisasi.

Contoh perilaku perolehan pengetahuan tersebut tergolong pengolahan pesan secara induktif. Secara umum perilaku pengolahan pesan secara induktif dapat dilukiskan sebagai berikut.

Tahap satu       : Pendahuluan pembelajaran
Tahap dua       : Pengumpulan data. Guru meminta siswa mengumpulkan data sehubungan dengan topik yang dipelajari. Sebaiknya guru telah menyiapkan lembaran kerja. Dalam pembuatan lembaran kerja sebaiknya siswa juga diajak serta. Pekerjaan pengumpulan data dapat dilakukan beberapa tahap, sesuai dengan masalah yang dipelajari.
Tahap tiga       : Analisis data. Guru meminta siswa untuk mempelajari data, menggolong- golongkan, membandingkan, mengujin kebenaran data, dan menyimpulkan sementara.
Tahap empat   : Perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis disusun berdasarkan teori yang ada atau prinsip yang benar. Data yang ditemukan dapat digunakan untuk uji hipotesis. Hipotesis dapat diterima atau ditolak. Bila ternyata benar, hipotesis diterima. Bila ternyata hipotesis salah, hipotesis ditolak.
Tahap lima      : Mengaplikasikan generalisasi. Pada tahap ini guru memintasiswa untuk menerapkan generalisasi pada data lain.
Tahap enam     : Evaluasi hasil dan proses belajar. Guru memberi nilai pada proses pemerolehan, pengolahan, analisis,penarikan generalisasi, rumusan generalisasi, dan uji hipotesis.
Pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii) penyusunan konsep berdasarkan fakta- fakta, (iii) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep- konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umunya dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis, (v) penarikan kesimpulan lanjut