BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk
berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia,
dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan
dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya
hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan
mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang
mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan
kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di
lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia
tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi
Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi
banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu
dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut
Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa pengertian manusia
menurut pandangan Islam?
· Dari apa manusia itu diciptakan?
· Bagaimana asal usul manusia diciptakan?
· Bagaimana proses penciptaan manusia itu?
· Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?
1.3 Tujuan dan
Manfaat Penulisan
·
Untuk mengetahui pengertian manusia menurut
pandangan Islam.
·
Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.
·
Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan
siapa pencipta-Nya berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan iptek.
·
Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.
·
Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manusia
2.1.1 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis)
hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum
materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat
darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda, yang
dihasilkan oleh otak.[1] Pandangan
ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina,
sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan
semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia
dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin :
95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka
sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am
: 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan
makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).
2.1.2
Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia
diantara makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa
yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya.[2]
Hakekat
manusia adalah sebagai berikut :
Ø Makhluk yang
memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Ø Makhluk yang
dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
Ø Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
Ø Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
Ø Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.
2.2 Asal Usul Manusia
2.2.1 Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya
di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami
percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk
hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap
dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut
terjadi seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan
organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya
ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak
sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini
hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat
disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel
sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat
lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia
ini berasal dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori
Evolusi yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus
dipakai dalam antropologi.[3]
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan
hewan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya
sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan
hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah
itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat
dibuktikan.
2.2.2 Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan
digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana
proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam
Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah menemukan titik temu
mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya
alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam
masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,
Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme
yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).[4]
Manusia
dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal
pula, manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut.
Dengan karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai
kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping
memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :
·
Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk
beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari pada dirinya.
·
Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia
punya kecenderungan marah, sedih, senang dll.
·
Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih
sayang.
2.3 Proses Penciptaan Manusia
2.3.1 Penciptaan
Manusia Menurut Bibel
Menurut
penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan mengenai
berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat menjadi
subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas
kemahakuasaan Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik tertentu.
Sebagaimana akan kita lihat nanti, teks-teks semacam itu hanya ada di dalam
Al-Qur’an.
Penjelasan-penjelasan
Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di dalam Kitab Genesis
dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu ayat
yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita
membuat manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka
menguasai ikan di laut, burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi
serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’.[5]
2.3.2 Penciptaan Manusia Menurut
Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial.
Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob
(tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah
lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian
Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam
(6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari
inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan
darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut
dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh
dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari
nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan
aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1. Manusia
tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel
kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin
manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia
berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
A.
Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan
terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan menuju
sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan
perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan
sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya
gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan
membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya,
melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
B.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal
darah yang disebut ‘alaqah.
"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al ‘Alaq/96:2).
Ketika
sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak
dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal
ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi,
zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat
pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini,
zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an
terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah
menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata
“alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata
ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada
tubuh untuk menghisap darah.
C.
Pembungkusan
Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat
Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan
selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Para ahli embriologi
beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan.
Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang
dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa
pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.[6]
Penelitian di tingkat
mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan
cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari
jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
D.
Saripati Tanah
dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak
mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu
ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah
Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia
dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.”
(Al-Qur’an, 32:7-8).
2.4
Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek
Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an, sebagaimana
dikutip Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang
keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk
fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan
psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin.
Allah berbuat demikian karena Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah
di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk,
sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan
sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi.
Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa
menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang
hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di
tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah.
Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya.
Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat.
Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap
alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap
yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk
pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal,
dan unsur jasmani. Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan
Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan
semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan,
bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta,
serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai
dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka
dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah
kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali
jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.
2.5 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada
Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan
oleh Allah swt.
Sedangkan
fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
1.
Manusia sebagai Khalifah Allah di muka
bumi
Khalifah
disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu,
Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu
jalan yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan
tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia,
bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya
tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat
ke arah kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.[7]
2.
Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai
‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan
seluruh alam untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah
swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi
tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
Ø Hubungan
manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
Ø Hubungan
manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
Ø Hubungan
manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur,
serta pemanfaatan kegunaan alam.
3.
Manusia sebagai ‘Abd
(Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba
Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah
swt. dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh
aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam
kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan
manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Pengertian manusia
menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di
sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin :
95:4).
·
Manusia adalah makhluk yang sadar
diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai
pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis,
mengetahui dan menilai dirinya.
·
Terdapat dua
pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi
Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci
sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan
fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai
dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan
tidak dapat dibuktikan.
·
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an
dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial,
yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan
biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal
daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh.
·
Allah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih
tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah
telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas
tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan
dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
·
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar
manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan
manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
3.2 Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia
itu diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu
untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah
adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan
surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah
dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr :
27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah,
menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan
untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.
Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua
sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT.
Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan
pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak
yang merespon makalah ini sangat ditunggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia
Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Penerbit Mizan.
Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011).
Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media
Prof.
DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986).
Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.
[2] Sudono Syueb, Buku Pintar
Agama Islam, (Percetakan
Bushido Indonesia: Delta Media, 2011), hal: 70.
[3] Hanykpoespyta, Manusia : Antara Pandangan Antropologi dan
Agama Islam, (http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/, diposting : 19 April 2008)
[4] Muhammad
Fathurrohman, M.Pd.I, Proses Kejadian Manusia dan Nilai-nilai Pendidikan di Dalamnya,
(http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/, diposting : 19 September
2012)
[5] Dr. Maurice Bucaille,
Asal-Usul Manusia Menurut Bibel,
Al-Qur’an dan Sains, (Bandung: Penerbit Mizan,
1984, edisi ke-3),
hal: 169.
[6] Ahliana Afifati, Proses Penciptaan
Manusia Menurut Islam dan Iptek, (http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/ diposting : 28 Mei 2009).
Nice Post!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus